Postingan

Menatap Kosong.

Pagi tadi bangun dengan langit Tak dihiasi cahaya Kelabu menggebu bersama ingin Kembali sebelum terbaring Meneruskan harapan dan yakin Untuk tumbuh tanpa adanya patah Di sini Di ruang tunggu ini Aku menatap kosong Karena tak seorang pun tahu Bahwa ada aku di sini Siapa yang melihat aku?  Siapa yang sadar kalau aku terus melihatmu dari kejauhan?  Namun kau tak pernah sadar Wahai kehidupan yang dunianya seperti fatamorgana Kau tombak saja jantungku Itu lebih baik Daripada aku hidup dengan denyut yang berpikir untuk berdetak Kau lebur saja otakku Itu lebih baik Daripada aku hidup dengan langkah yang enggan untuk maju Detikku diam di sini Di ruang tunggu ini Lagi-lagi dengan tatapan kosong Karena tak ada seorang pun yang tahu Bahwa aku telah lahir tanpa sebuah hasrat

Ternyata.

Kemarin aku menulis tentang kamu yang aku tunggu, tapi tak kunjung datang. Aku sempat bingung untuk mencari ke mana lagi. Pun aku telah memutuskan untuk berhenti sholat istikharah setelah dua minggu berturut-turut aku jalani. Aku seperti orang yang sedang safar, tapi tidak memiliki petunjuk jalan. Aku terus saja berjalan tanpa tau ke mana langkah kakiku menetap di tempat yang seharusnya aku tuju. Namun, aku percaya bahwa Allah tidak akan berhenti menatapku. Allah selalu ada. Allah akan selalu menemaniku meski aku seperti orang yang berputus asa.  Hari ini, tiba-tiba ada yang datang mengetuk pintu batinku. Ternyata begini ya rasanya. Aku gugup bahkan menangis melihat pesan singkat yang disampaikan sang perantara. Aku bingung untuk berkata ya atau tidak. Kondisiku saat ini memang sedang kacau. Namun, aku nggak mau untuk salah ambil keputusan. Yaa Allah, aku butuh petunjuk dan pertolongan-Mu. 

Untuk Kamu..

Hmm hai, selamat datang?  Tulisan ini aku persembahkan untuk kamu yang telah menjadi jodohku. Bukan hal spesial memang, tapi aku tulis ini dengan ketulusan yang ada di hatiku. Semoga kata-kataku nggak buruk-buruk banget dan bisa dimengerti, ya.  Aku mau cerita dulu ah gimana perjuanganku untuk bertemu kamu. Awalnya sih jujur aku gak niatan untuk menikah. Bodoh, ya. Namun, hal itu bukan karena aku nggak mau menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Kamu tau? Aku takut. Aku penakut. Aku trauma. Dulu waktu SD aku pernah jadi korban bullying gitu di sekolah. Dibully sama anak-anak cowok satu kelas. Bener, satu kelas. Aku nggak ngerti kenapa mereka ngelakuin itu. Namun, sepertinya karena aku murid baru di sekolah itu. Aku takut banget saat itu. Dan nggak ada yang membela sama sekali, bahkan anak-anak cewek yang lain cuma ngeliatin aja.  Lalu, setelah akhirnya niatku mantap untuk menikah, aku mulai cari-cari cara gimana sih biar aku bisa ketemu kamu. Pertama, entah ke